Saat Anak Membuatku Tertawa di Tengah Lelah
Ada hari-hari di mana aku capek bukan cuma karena tubuh, tapi karena pikiran juga ikut nyeret kaki. Hari yang rasanya panjang, padahal baru jam dua siang. Pekerjaan freelance belum selesai, rumah seperti kapal pecah, dan anak-anak… ya, anak-anak tetap jadi anak-anak, dengan energi yang entah datang dari mana.
Aku pernah berdiri di dapur, sendirian, sambil pegang spatula dan nahan air mata. Mungkin karena lapar, mungkin karena ekspektasi yang gagal dipenuhi, atau mungkin cuma karena hari itu memang berat saja.
Lalu anakku datang. Yang kecil. Dengan celana terbalik dan wajah penuh bubur. Ia tunjuk ke wajahku dan bilang,
“Ibu, kenapa mukanya kayak dinosaurus sedih?”
Aku bengong. Dia ketawa sendiri, puas dengan punchline-nya. Dan aku, yang barusan nyaris nangis, malah ketawa juga.
Bukan ketawa lepas, lebih ke meledak kecil di antara kelelahan. Tapi cukup untuk membuatku berhenti sejenak.
Lucunya, anak-anak itu seperti punya radar emosi yang sangat peka. Mereka tahu kapan harus datang peluk, kapan harus ngegoda, dan kapan harus cuek total. Kadang aku heran, bagaimana makhluk sekecil itu bisa tahu aku butuh hiburan, bahkan tanpa aku bilang apa-apa.
Aku pernah juga diserang revisi klien bertubi-tubi, deadline mepet, dan baru jam delapan malam bisa makan. Di tengah war mode itu, anakku yang besar datang, bawa gambar coretan dinosaurus warna pink dan bilang,
“Ini kamu. Dinosaurus ibu-ibu. Bisa terbang, tapi juga bisa tidur sambil nyapu.”
Aku ngakak. Karena ya ampun, itu deskripsi paling jujur dan brutal yang pernah aku dengar tentang diriku. Tapi juga paling manis.
Hari-hari seperti itu bikin aku sadar, bahwa tawa itu tidak harus datang dari lelucon canggih. Kadang cukup dari celoteh polos anak-anak yang keluar tanpa skrip.
Kadang, yang kita butuhkan bukan nasihat atau solusi. Tapi momen absurd kecil yang bikin kepala ringan.
Tawa yang datang tanpa direncanakan itu seperti ventilasi di rumah yang pengap. Tidak menyelesaikan masalah, tapi cukup untuk bikin napas terasa lebih lega.
Dan mungkin, itu salah satu alasan kenapa walaupun capeknya dobel, aku tetap merasa hidup ini utuh. Karena ada makhluk-makhluk kecil yang tahu caranya menertawakan hal-hal sederhana.
Aku tidak bilang jadi ibu itu mudah. Sama sekali tidak.
Tapi kalau boleh jujur, anak-anakku juga yang sering menyelamatkanku dari tenggelam di laut kelelahan.
Lewat celoteh mereka. Lewat tawa mereka. Lewat kehadiran mereka yang kadang chaos, tapi juga bikin dunia terasa tidak sepi.
Saat Anak Membuatku Tertawa di Tengah Lelah
Reviewed by Rian Nofitri
on
6:10:00 PM
Rating: 5