Merbabu via Selo.
Pertama kali ke Merbabu itu hampir beberapa bulan yang lalu bareng temen dari smp. Waktu itu berempat, cewek semua pula. Widih. Berangkat pagi jam 9, sampai basecamp Selo pukul 10 kalau gak salah. Jalur Pendakian Selo merupakan jalur terpanjang di Merbabu.
Pendakian di mulai. Sebenernya, gue itu nggak terbiasa mendaki di pagi/siang hari, biasanya malem, hehehe.
Cuacanya nggak menentu, waktu mendaki bisa dibilang lumayan cerah. Tapi, waktu sudah tiba di pos 2, udara mulai berkabut. Tetap lanjut. Sampai akhirnya tiba di Sabana 1 dan 2, hujan mulai dateng, gluduknya juga. Deras, badai. Akhirnya kami memutuskan untuk nggak melanjutkan pendakian, langsung turun.
Tapi... ternyata, kaki gue mulai kerasa kram, kedinginan, menggigil. Satu hal yang bikin gue susah sama diri sendiri dari dulu adalah alergi dingin dan nggak kuat dingin. Itu ngeselin banget. Awalnya, kram biasa, diurut sama temenku udah agak mendingan. Tapi, nggak lama kram lagi. Kali ini kedua kaki yang kram. Nggak bisa jalan. Dengan banyaknya pendaki yang turun, banyak juga yang ngebantu ngurut kaki gue. Maaf lah ya mbak mas ngerepotin.
Woah, hampir beberapa menit, gue tetep gak bisa berdiri dan jalan. Akhirnya, ada yang bilang buat digendong aja, gue bilang nggak usah tapi mas nya tetep gapapa2 terus. Yaudah, digendong turun sama mas nya ke pos, mampir ke tenda orang dan istirahat disana. Sampai agak mendingan ujannya dan kramnya, kami turun bareng. Di perjalanan kami ketemu rombongan pendaki lain.
Akhirnya kami semua turun bareng sampai basecamp, sekitar pukul 11 malam.
***
Merbabu via Wekas.
Ini nih, gue mengulang untuk mendaki ke Merbabu lagi. Masih penasaran sama alamnya yang keren.
Nah, Wekas ini jalur pendakian terpendek di Merbabu. Kemarin tanggal 14 Mei-15 Mei gue naik lagi ke Merbabu bareng temen-temen kelas. Ada sekitar 10 orang termasuk gue.
Kami berangkat seperti biasa, malam. Kali ini sekitar pukul 8, setelah isya'. Perjalanan nggak terlalu lama, kira-kira pukul 9 udah sampai di basecamp, kami istirahat, jam 10 mulai pendakian.
Treknya lumayan berat. Beberapa langkah dari pos 1, tanya gue mual dan pengen banget muntah. Waktu itu 6 orang temen gue udah di depan, tinggal berempat duo belakang termasuk gue. Karena ada yang lelah, nggak kuat cepet, dan gue sendiri kurang fit, yaudah kami pelan-pelan. Tertinggal jauh gapapa deh.
Sampai juga di pos 2 (camping ground) pukul 2.40 pagi. Temen lain udah ndiriin tenda, kami yang baru dateng langsung juga bangun tenda. Dingin. Pengin istirahat tidur. Pendakian masih menanti beberapa jam kedepan.
Gue rada susah tidur, dinginnya itu hmmm. Grrr. Bangun sekitar jam 5, mau masak, tapi kompor nya bermasalah. Hadeh. Mau makan jadi repot dah. Minjem tetangga, hehehe. Setelah sarapan, gue mau keliling area sebelum ngelanjutin pendakian ke puncak. View disini luar biasa subhanallah deh. Serius, nggak bohong.
Oh ya, kalau lewat jalur Wekas ini, kita bisa temuin mata air. Jadi nggak perlu khawatir kerusakan logistik air, mau cuci muka, wudhu juga bisa. Langsung diminum juga boleh, hehehe. Karena kemarin gue dan temen-temen gitu saking hausnya gegara kehabisan minum waktu naik ke puncak.
Dari pos 2 ke puncak itu lumayan jauh. Treknya makin menantang. Tetap semangat! Sekitar pukul 12 itu udah sampai di puncak Kenteng Songo. Asek. Di Merbabu ada dua puncak. Yakni, puncak Syarif dan puncak Kenteng Songo. Yang paling tinggi, Kenteng Songo. Menikmati alam hampir satu jam. Kami udah puas, saatnya turun ke pos 2 karena udah kehabisan logistik, ausss...
Singkatnya, setelah istirahat beberapa menit atau jam, kami semua bongkar tenda dan turun untuk pulang.
Dapat bonus di waktu turun, ada sekawanan monyet lagi asyik makan di pohon. Ada yang loncat kesana-kemari sambil main-main. Asik banget. Gak ada foto sih karena baterai udah low. Hmp. Yaudah, cukup dinikmati aja. Bye monyet. See you.
Alhamdulillah, sampai di basecamp, udah ashar dan pas maghrib sewaktu turun dan balik pulang.
Oh ya, ini berita lamaaaa.. kawan kita dari Jogja, mas Ari dari Univ. Atmajaya Yogyakarta ada yang kecelakaan, jatuh ke kawah Merapi. Semoga amal ibadahnya diterima Allah. Itu juga sebagai peringatan bagi kita untuk hati-hati. Gunung bisa jadi lawan, bisa juga jadi kawan. Jangan pernah bilang kalian menaklukkan sebuah gunung, karena gunung atau alam nggak pernah bisa ditaklukkan. Jangan lupa juga selalu berdoa dimanapun kalian berada. Maut tidak pernah tau kapan dateng. Ok. Jangan juga pamer kata-kata pake kertas di gunung doang -_-
Jangan lupa juga bawa turun sampahmu, yaa..
" Jangan lupa juga bawa turun sampahmu, yaa.. "
ReplyDeleteItu harus di bold biar pada perhatiin mbak
Wah makin sering aja nih naik-naik ke puncak gunung Nof. Keren!
ReplyDelete