Mari Debat Sehat

Kelulusan udah diujung gerbang nih, tinggal beberapa bulan lagi buat menempuh hidup di Sekolah Menengah Atas/Kejuruan-sederajat. Banyak pilihan untuk menentukan mau apa setelah lulus, tapi nggak banyak waktu untuk memikirkan itu lama-lama. Hidup nggak akan menunggu sampai kita siap untuk memulai sesuatu yang baru, hal baru itu kadang dateng disaat nggak tepat dan disaat nggak diinginkan, kadang. Tapi mau bagaimana kalau sampai hal itu dateng dan kita belum siap? -Itulah resiko hidup. Bahkan matipun beresiko.

Sama halnya dengan kelulusan, siswa yang dituntut ilmunya selama tiga tahun dan harus menuruti peraturan oleh orang asing kadang bikin bosen, tapi seiring di dalam gedung sekolah terdapat ratusan siswa yang salah beberapa dari mereka menjadi teman kita, sejenak kita bakal lupa sama kebosanan itu sendiri dan akhirnya selama tiga tahun itu juga banyak kenangan yang mungkin sayang untuk ditinggalkan setelah merasa waktu tiga tahun itu cukup singkat bagi mereka atau bahkan kita sendiri.

Sekolah itu pembodohan. Ini pendapat gue, kalau yang nggak sepikiran sih nggak masalah, karena itu pendapat masing-masing individu. Kenapa gue bilang pembodohan? Karena tujuan sekolah menurut Wikipedia itu adalah menuntut ilmu, tapi secara kenyataan kita dituntut ilmunya untuk melakukan banyak tindakan yang diperintahkan orang lain (guru). Dituntut mematuhi peraturan, dituntut masuk jam segini, istirahat jam segini, pulang jam segitu, dituntut mempelajari macam-macam bab dan hal lainnya. Mungkin ada yang bilang itu adalah pendidikan, ada yang bilang kita perlu pendidikan agar bisa belajar dan mengerti banyak hal. Ada yang bilang juga, itu bisa melatih kedisiplinan. Memang sih, tapi prinsip gue nggak gitu. 

Apalah arti nilai? Bukan nilai yang dipentingkan sekarang, tapi kejujuran. Sejauh mana kita jujur dengan diri sendiri, dalam hal pendidikan. Membohongi diri sendiri untuk urusan satu itu termasuk orang yang belum mengerti arti jujur. 
Sekarang ini sudah susah membedakan mana yang dianggap mendidik, pendidikan dan mana yang tidak mendidik atau yang tidak bisa dianggap pendidikan.



Topik kali ini untuk memberi sedikit "saran" yang nggak bisa disebut saran juga sih sebenernya, hehe.

Udah nentuin mau kuliah/kerja dimana setelah lulus? Atau mau jadi anak rumahan aja?
Masa depan ada ditangan kalian, bukan dari orang lain. Gue yakin, semua orang punya keinginan untuk terus sekolah dan menamatkan studynya sekalipun dia sebenernya nggak suka. Tapi ada juga yang mikir, ngapain sekolah kalau cuma melakukan hal bodoh yang nggak kita sukai.
Sekali lagi, semua tergantung pribadi masing-masing dan semua pendapat orang itu beda-beda.

Kemarin gue sempet ngetweet *biasa anak Twitter* 
"Cuma bisa ngedoodle terus pengen masuk jurusan DKV itu salah sebenernya. Tapi ya terserah sih hahaha aku ki sopo" - @ranssoul_id on Twitter at 7.04 PM - Jan 7, '14

Terus gue mendapat balasan yang bikin greget lewat email, dia salah satu temanku yang unik dan dewasa, i guess. Dan terjadilah perdebatan yang mengasyikkan :))
Percakap dimulai dari sini, 

[Start from Jan 7,2014 19:04]
"Menanggapi twit kamu, memang untuk masuk DKV harus perlu bisa banyak hal?"
"Harus paham DKV, minimal. Masuk DKV itu nggak cuma harus bisa banyak hal, karena DKV itu bidangnya memasyarakat, jadi nggak cuma berpikir untuk bikin desain/sesuatu yang bagus bagi diri sendiri atau pembimbing, tapi harus bisa berpikir membuat sesuatu yang bisa disukai oleh masyarakat, apalagi masyarakat awam yang cuma bisa mengkritik." - Replied

"Kamu sadar enggak, dari penjelasan kamu itu ada kata kunci yang sebenarnya kamu tahu tapi kami belum yakin sama hal itu.
Kata kunci pertama: Diri sendiri.
Semua berawal dari hal diri sendiri. Aku enggak ngerti seperti apa itu DKV, tapi kamu tahu. 80 persen kamu mungkin tahu itu. Seingatku, milih jurusan di kampus itu diharapkan agar si pemilih berkembang. Makanya, banyak orang selalu bilang pilih jurusan yang sesuai MINAT dan bakat. Kenapa minat dibikin kapital, karena minat datangnya dari sendiri. Semua yang berawal dari sendiri pasti akan baik dan dengan izin Tuhan tentunya bisa menjalani semuanya. Tanpa beban.
Kata kunci 2: Masyarakat
Lagi-lagi ini juga kamu udah paham betul akan hal ini terbukti dari pernyataan terakhir kamu tentang masyarakat awam yang senang mengkritik.
Masalah terbesarnya padahal simpel, "Bisa enggak sih, gue mengikuti kemauan masyarakat?"
Satu hal yang kamu percaya, masyarakat berawal dari individu. Individu, orang, manusia, atau sebutan apapun itu. Individu punya keinginan yang luar biasa banyak. Dan kamu enggak mungkin untuk bisa memenuhi semuanya, kan?
Manusia itu juga karya atau juga gagasan. Setiap karya dan gagasan punya penikmat dan pendengarnya sendiri-sendiri, toh?
Kritik itu wajar, sekalipun itu kritik yang menjatuhkan. Tinggal kamu yang menyikapi dari sudut pandang mana.
Terakhir, seperti yang kamu bilang waktu itu, kamu cuman perempuan biasa. Tapi untuk mendekat sempurna itu bisa. Biasa untuk saat ini, tapi dengan pendidikan dan pengalaman akan menjadikan kamu mendekati sempurna.
Jadi masih enggak pede dengan jurusan yang mau dipilih? Pikir lagi.
Maaf, terlalu panjang dan menggurui dan terkesan acak-acakan kalimatnya. Ini cuman opini seorang siswa teknik. Hehe
"

"Minat dan keinginan itu beda 'kan? Keinginan itu bersifat sementara, tapi kalau minat memang berasal dari diri sendiri, dari kesadaran diri seseorang. Kadang yang membuat mereka salah berpikir itu adalah mereka menganggap hal yang biasa menjadi terlalu biasa atau bahkan diabaikan. Memilih jurusan itu nggak cuma dari minat dan bakat, tapi mampu atau tidaknya individu juga dipertimbangkan.Memang sih ada yang bilang, jika sudah bakat pasti bakal mampu menghadapi semua kesulitan dibidangnya. Tapi banyak dari kebanyakan siswa yang memilih jurusan terutama DKV banyak yang kesulitan menerima pembelajaran yang diberikan. Bener kata kamu, pendidikan dan pengalaman itu bisa membuat seseorang belajar lebih baik bahkan menjadi yang terbaik. Tapi, jika awal masuknya hanya karena kata "suka" atau sekedar "wah, kayaknya..." itu 'kan juga salah. Bakat dan kemampuan itu seperti perasaan 'kan? Nggak bisa dipaksain walaupun mereka yakin mereka bisa, tapi yang menentukan hasilnya adalah orang lain.
Pesenku sih cuma satu buat mereka atau siapa aja, jangan sampai salah pilih jurusan. Faktor setelah lulus/wisuda nanti juga harus dipertimbangkan, mereka masuk jurusan tersebut, bisa nggak cari kerja yang sesuai dengan bidangnya? Jangan mikir, "Ah lagian banyak yang pilih jurusan ini tapi kerjanya ini" Please deh, nggak punya prinsip banget. Apa gunanya kuliah/sekolah kalau cuma bisa bilang begitu setelah lulus. Kasihan waktu dan biayanya terutama yang ngebiayain." - Replied


The last debat,

"Udah, buat sekarang siapin untuk UN dulu, ngapain mikir jauh kuliah yang masih bisa diulang untuk tahun selanjutnya. Kalo UN dan enggak lulus memangnya udah siap jiwa dan raga kalau ngulang lagi tahun depan? Hehehe"
[END - Jan 7, 2014 19:51]

Setidaknya udah mikir buat masa depan walaupun UN masih diujung jari :))
Hidup tanpa planning bagaikan makan jagung tanpa dihilangkan serat rambutnya. Langsung makan gitu aja, emang enak ya? Kalo enak sih nggak masalah haha.

Tapi kemarin ada kakak kelas gue yang ngetweet gini, "3 tahun belajar seni rupa itu sudah cukup, selanjutnya belajar yang lain."
Yak, maksud dari tweet ini adalah, belajar di SMA/K 3 tahun itu udah cukup, nggak perlu belajar materi yang sama lagi diperkuliahan (nggak perlu kuliah lagi juga bisa)

PS:
Karena pendapat manusia itu beda-beda :)

Kalian mau bertukar pendapat dan saran kalian juga? Silahkan sharing di comment box, gue bakal menanggapi dengan senang hati. Hehehe



Salam,

 Rian Nofitri (Ranssoul)

14 comments:

  1. Selamat sore Sobat @Rian simak Artikel debat Sehat nya nih
    Menarik artikelnya nice share salam sukses aja Yah Sobat :)

    ReplyDelete
  2. Gue masih dua sma tapi masih bingung mau mikirin lanjut kemana. Pengen juga masuk DKV tapi gak punya bibit ilmu dasarnya. Pengen masuk broadcasting juga.

    ReplyDelete
  3. Yak jadi kalo mau ngelanjutin kuliah mesti yang sesuai minat yak biar enjoy jalaninnya juga,
    Btw, selamat menempuh UN, semoga lulus :)

    ReplyDelete
  4. kalo debat sama orang yang bawa kapak di doodle itu mah atuuut:D
    seringnya sih orang sadar arti sekolah yang sesungguhnya itu setelah mereka lulus

    ReplyDelete
  5. gua sebenarnya ingin sekolah bukan sekedar ngejar nilai dan ijazah. gua perlu ilmunya. makanya menurut gua minat dan bakat itu perlu. kalau gak minat dia pasti cuma butuh ijazah. sedangkan kalau bakat, masih relatif menurut gua. semua hal bisa dipelajari. gak ada gunanya bakat kalau gak diasah. dan menemukan bakat itu susah banget. sampai sekarang, gua masih belum yakin apa bakat gua.

    dan kalau lo bilang mampu atau tidaknya individu juga patut dipertimbangkan, juga masih relatif menurut gua. karena kemampuan kita sebenarnya tidak terbatas. kitalah yang kadang membatasi diri kita.

    panjang banget ya komen gua. haha

    ReplyDelete
  6. Wah, masih muda ya masih mengenal UAN hehe. Semoga sukses dan lancar UAN nya :)

    ReplyDelete
  7. cieh yang mau UN.. ciehh yang mau lulus.. hehe

    sepakat ama bang Zega lagi, saya sih belajar itu yang dicari ilmu. tapi saya sepakat dengan beberapa poin yang kau tulis.. okelah, saya tidak sepakat sekolah itu pembodohan karena banyak ilmu yang bisa diserap, bahkan kalau nanti kuliah kita memasuki miniatur peradaban (berbagai bidang ilmu, bertemu dengan berbagai orang dari berbagai daerah), tetapi saya sepakat bahwa sekolah (dari SD sampai S-sejuta) semuanya mementingkan nilai dibanding aspek soft skill, padahal di dunia kerja, nilai itu urusan kesekian.

    jadi ingat ucapan dr Taufik Pasiak dalam bukunya,
    setiap manusia memiliki 7 potensi kecerdasan; linguistik (bahasa), matematika, spasial (gambar & visualisasi), kinestetis (gerak tubuh), musik, antarpribadi, dan interpribadi dengan kadar yg berbeda-beda. sayangnya, stigma pendidikan di Indonesia seperti sepakat mengatakan org yang berhak mendapat penghargaan cerdas adalah orang yg baik kemampuan matematika dan bahasanya, baik IPK nya, dan lain2 yg bersifat angka. Pendidikan di Indonesia pun cenderung mengoptimalkan satu atau dua kecerdasan. Pekerjaan rumah untuk para calon pendidik generasi bangsa.

    ReplyDelete
  8. Bener kata temennya. Udeee.... pikirn UN aja dulu.

    Gue pengen sharing panjang lebar soal minat dan bakat, tapi gue takut salah. Lo salah pilih, malah jadi boomerang buat lo. Gue sharing pengalaman gue aja ya. Tau deh berguna apa nggak. Gue dulu melakukan kesalahan. Membagi 2 antara minat sama bakat gue. SNMPTN dulu cuma dapat 2 pilihan aja, pilihan pertama gue pilih studi yang gue minati meski bakat gue disana cuma 5%. Pilihan ke-2 justru gue gak minat sama sekali, tapi bakat gue disana udah 75%an. Akhirnya gue malah males-malesan kuliah. Karena gue gak minat sama sekali. Waktu itu malah pengen downgrade ke D3 aja, soalnya gue berminat disana. Kenapa? tempat gue kuliah S1 sedikit praktek banyak teori, beda sama D3 disana.

    Gue sadar akhirnya, jangan pisahin minat dan bakat.

    ReplyDelete
  9. Ada setuju dan engga nih gue. Menurut gue, justru kalo pilih jurusan (atau bahkan masa depan) itu ya yang diutamakan minat. Dan benar, minat itu beda sama keinginan. Keinginan itu ya cuman berasa, 'gila, tempat itu keren, gue pengin deh blablabla.' sedangkan minat adalah yang bakal seneng terus ngelakuin hal yang diminati, yang tiba-tiba menjadi mood boosternya. yang mendarah daging. Itu. Kalo udah minat, elu pasti bakal seneng dan belajar dan belajar terus untuk mendalami apa yang elu minati.

    Minat juga ngga harus spesifik. Minatnya Einstein aja cuman penasaran. :))
    *gile panjang banget euy*

    ReplyDelete
  10. Masuk DKV ISI aja dek! XD aku kalo bisa gambar juga pengen lah masuk DKV! tapi bener tuh, pikirin yg ada di depan mata dulu aja hehe

    ReplyDelete
  11. Iyaaa, mending sekarang belajar dulu buat UN. Nggag usah mikir jauh dulu. Kalo UN nggag lulus susah itu. Kalo kuliah nggag begitu ribet. Kalo nggag bisa taun ini masih ada taun depan.

    Sekarang semangat untuk UN kakak!! ^^

    ReplyDelete
  12. Kalo gue pikir sih, pelajar SMA/K yang mau meneruskan studynya buat kuliah itu kan buat nyari IPK. IPK tinggi, artinya berkesempatan buat punya pekerjaan yang bagus. Nah, kalo menurut gue, IPK tinggi cuma buat orang2 yg gak punya skill. Dan banyak kok orang yang punya skill dan punya kerjaan bagus nggak didasari dari IPK yang tinggi.
    Jadi, mau kuliah atau nggak asalkan kamu punya bakat dari apa yang kamu minati dan itu lebih diasah lagi pasti ada jalan kok.. :))

    ReplyDelete
  13. Wah kayaknya udah pada dibahas komentar-komentar di atas. Yg pasti jika sudah memilih, harus bertanggung jawab akan pilihan kita. Selamat galau!
    Oh ya, mungkin sedikit saran aja. Nikmati masa-masa akhir putih abu. Emang pikirannya udah kemana-mana, pengennya cepet ngerasain kuliah lah, bosen ikutan TO ini itu lah. Percayalah, masa masa akhir ini harus dibuat semanis mungkin sama temen-temenmu nak. :D

    ReplyDelete

Berkomentarlah seperti kalian bertamu ke rumah seseorang. Adab yang baik menimbulkan kesan yang baik pula. Terima kasih.

Rian Nofitri

Powered by Blogger.