Tips Handmade Tipografi Rian Nofitri

Tipografi itu apa? Tulis menulis. Benar, tapi apa cuman itu? Kurasa enggak.



Tipografi juga mempelajari layout, warna, tata letak, huruf, ikon, ilustrasi dan lainnya. Enggak cuma sekedar menulis. Kalau gitu, dari TK juga udah diajarin menulis. Btw, gue sendiri sekarang lebih fokus ke handmade font yang berbasis digital typography. Digital typography yang gue tekuni mulai dari sketsa manual juga, di scan, tracing, coloring lalu finishing. Mudah aja. Tapi, kalau gue sekarang mencoba buat langsung handmade font di digital. Jadi, nggak perlu lagi yang namanya sketsa manual. But, manual is still important. Basicmu harus diasah dulu di manual baru bisa jago memperkirakan di digital. Enggak jarang kan kalian temui tipografi manual yang kerennya luar biasa. Realis abis. Ribbon-ribbon yang melambai, huruf tegak bersambung yang cantik, warna yang elegan dan masih banyak lagi.

Kira-kira ada tips nggak ya buat bikin tipografi yang keren itu?

Ada sih beberapa, contohnya:

1. Referensi

Referensi itu hal penting pertama buat kamu kamu semua dalam memulai hal baru yang ingin kalian pelajari. Referensi nggak harus dari internet buat kalian yang nggak ada kuota, bisa lihat-lihat di jalan, di cafe (kan bayak tuh papan nama keren-keren bergantungan di kafe), di toko, di buku atau dimanapun tempat yang memenuhi standar referensi yang kamu butuhin.

2. Latihan skill

Kayak battle game, sebelum mencet tombol ‘Play’ kemungkinan kamu bisa preview skill dan latihan dulu disana. Kenapa? Karena bisa lebih mateng dong buat nyerang lawan. Sama halnya dengan menulis tipografi yang diinginkan, kamu pengin nulis huruf-huruf latin kayak para master typo tapi nggak mungkin langsung simsalabim jadi bagus. Walaupun mungkin ada beberapa dari kalian yang diberkahi bakat awesome, sekali gores langsung keren, tapi nggak ada salahnya lho untuk latihan.

3. Always try

Gagal, coba lagi, gagal, coba lagi, gagal, coba lagi. Sampai bagus, sampai dapet tipografi yang kamu pengin, sampai kelihatan keren, sampai diakui masyarakat, sampai kamu punya ciri khas sendiri untuk tipografimu.

4. Ciri khas

Perlu banget nih, karena setiap orang terkenal pasti memiliki identitas yang mereka ciptakan melalui ciri khas mereka masing-masing. Entah dari gambarnya, tulisannya, style menulisnya, warnanya, gayanya, cara megang pensilnya, cara nulisnya, cara duduknya atau entahlah, banyak banget! Dengan ciri khas, maka orang lain lebih bisa mengenali diri kamu (terutama karyamu).

5. Ikut event

Cari pengalaman, ikutan lomba. Cari temen, ikut kopdar. Cari duit, ikut lomba. Cari pengetahuan, ikutan meetup. Cari saingan, ikutlah lomba. Cari guru, ikut kopdar. Cari stuff gratis, ikut lomba. Cari kursus gratis, ikutan meetup. Pengen punya duit, temen, saingan dan belajar bareng? Ikut meetup yang lagi ngadain live lomba tipografi.

6. Sharing

Tunjukkan karyamu ke media sosial, ke temen-temenmu, untuk cari masukan dan share kesulitan serta apapun yang menjadi kendala untuk menjadi lebih bagus lagi. Media sosial itu penting sebagai sarana ajang pameran karya secara gratis dan legal. Banyaaak orang sukses dan terkenal melalui media sosial kan. Seperti nomer lima, sering-sering ikut event kayak meetup (kopdar) bareng temen-temen sesama penyuka tipografi. Disana pasti banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa menambah skill menulis kamu. Nggak harus di bangku sekolahan belajar menulis itu, bareng komunitas tipografi juga asyik. Dengan sharing, maka kedepannya diharapkan karyamu bakal lebih bagus. Itung-itung cari item yang bisa ningkatin kemampuan menulis.

7. Istiqomah

Apa itu istiqomah? Yaitu, konsisten. Yap, perlu banget yang namanya konsisten. Konsisten adalah jalan menuju sukses. Dengan konsisten ini, orang-orang akan menilai kamu sebagai pribadi yang produktif dan mau berkembang. Konsisten juga mengajarkan kamu nilai-nilai proses dalam menghadirkan karya-karya bagus. Konsisten itu juga bisa dibilang kalau menghasilkan karya bagus itu nggak sebentar, butuh waktu dan belajar. Jadi, karyamu nggak bagus secara instan, pun nggak hilang secara instan juga. Contoh simplenya, kayak artis Briptu N*rman itu tuh, yang terkenalnya secara instan, eh hilangnya secara instan juga dari sorotan kamera wartawan.

8. Berkembang

Teruslah memupuk karyamu dengan sesuatu yang baru tanpa harus merubah ciri khas desainmu. Gimana maksudnya? Jadi, kayak gue sekarang mungkin ya, ahee. Dulu sukanya ngedoodle, tapi style doodleku nggak berubah sampai sekarang dan terus berkembang dengan cirik khas ‘detail’ yang njelimet dan nggak jelas bentuknya. Dan sekarang alih alih pindah ke tipografi yang dulunya males banget gambar huruf di sekolah, tapi nggak meninggalkan ciri khas warna-warna terang yang jadi warna andalan setiap karyaku. Tentu masih ada aksen doodlenya, coret-coret dan goresan brush digitalnya juga masih terkesan ‘aku banget’ dan itulah yang membuat karya-karyaku beda dengan yang lain walaupun banyak yang serupa.

9. Fight

Dan, jangan lemah terhadap nasehat, kritik, caci maki segala macam yang bikin mental kamu down. Take it slow, mungkin mereka benar, jadi kamu harus bisa mengoreksi diri sendiri untuk kembali berusaha menciptakan karya yang lebih keren.

10. Sumringah

Nikmati hasilnya. Kalau kamu udah punya kemampuan dan diakui masyarakat. Saatnya beraksi, tentukan target, dapatkan item, selesaikan misi. Hasil mengalir, karya berjaya, namamu tertera, kamu pun bahagia.


Oke.
Itu adalah kesepuluh tips keren dari gue, aye. Hehe. Tips abal-abal yang mungkin bisa menambah referensi dan pengetahuan. Harapannya sih gitu. Semoga ya, insya Allah, asal ada niat, ada jalan. Yahaha.

---



P.S: Untuk yang nanyain, gimana sih bikin tipografinya, gimanaaaaa....caranya gimana kaaaak..

Aduuh, itu pertanyaan yang dari dulu sampai kapanpun bikin gue pusing jawabnya. Gimana ngejelasinnya gitu lho. Gue sendiri bingung, bukannya enggak mau ngasih tau. Tapi jujur aja, itu hal yang membuatku stres berkepanjangan dan membuatku enggan menjawab pertanyaan serupa lagi. Seringnya gue abaikan, sampai-sampai dikira sombong dan sombong banget. Astaga. Aku cuman anak emak yang nggak tahu jelasin cara ‘gimana buat tipografinya’ sama ‘dedek-dedek’ yang manggil “kak” dengan seenaknya.
Powered by Blogger.