Semangat Berbagi di Era Baru: Tingginya Solidaritas Atasi Kritis Tanpa Bekas


Mungkin perasaan sebagian besar kita dalam menghadapi pandemi yang tidak kunjung sudah ini makin melelahkan dan makin susah rasanya ingin menyerah. Capek. Banget. Barangkali bukan cuma kita saja, tapi hampir di seluruh dunia sudah lama merasakan rutinitas yang mulai membosankan dan ingin segera bernafas lega tanpa balutan masker maupun perasaan was-was dan waspada. Berbulan-bulan kita dalam kurungan virus menular yang tak kasat mata, menjangkit siapa saja tak pandang usia. Memberi dampak bombastis dalam kehidupan. Pemasukan terganggu, ada yang terkena pemotongan gaji sampai dirumahkan oleh kantor sendiri. Ada yang bisnisnya mulai merosot tak terkendali, usaha sepi dan kapan saja harus selalu siap memutar otak agar tudung saji tetap terisi.

Takdir Tuhan selalu tidak bisa diterka, kejutan demi kejutan seperti bencana, rezeki, kematian datang silih berganti dan setiap saat bergilir menghampiri siapa saja yang mendapat giliran.

Sudah banyak masyarakat kita terdampak bencana ini sejak Indonesia ditetapkan Bencana Nasional Covid-19 oleh Pemerintah. Berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi. Dari pihak pemerintah hingga lembaga-lembaga non pemerintah turut serta dalam upaya pencegahan penularan virus. Pemerintah sendiri terus giat mengedukasi untuk social distancing dan physical distancing. Kegiatan di rumah saja sudah menjadi rutinitas wajib di era baru ini.

Berbagai sendi kehidupan seperti pendidikan, sosial kemasyarakatan, hingga ekonomi mendapat pengaruh yang signifikan. Banyak buruh harian atau orang dengan pendapatan harian menjadi terdampak dari bagian pencegahan penularan virus ini. Bahkan sebagian dari mereka harus rela tetap berada di luar rumah, di jalanan, dan mengupayakan segala usaha agar tetap bisa bekerja. Rela bertempur dengan virus yang bisa kapan saja menyerang mereka, karena mau bagaimanapun ada orang-orang yang membutuhkan naungan dari hasil kerja mereka untuk tetap hidup meski hanya dengan sesuap nasi dan kecap. Sekali lagi, dampak pada segi kesehatan masyarakat terlihat begitu jelas. Selain itu, dampak pada sisi ekonomi juga terasa terutama bagi para pekerja lapangan.

Bagi seorang muslim pastilah kita memiliki rasa kemanusiaan ingin tetap saling berbagi dan membantu sesama meski sama-sama dalam keadaan yang sulit. Sebab menilik ke dalam sebuah hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang menggambarkan perumpaan indah ini.
Perumpamaan seorang mukmin dalam berkasihsayang di antara mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu bagian tubuh merasa sakit, maka semua anggota tubuh lainnya ikut merasakannya, sampai tak dapat tidur dan demam. (Mutaffaqun ‘alaih).
Dengan semangat gotong-royong dan rasa berbagi yang tinggi serta solidaritas yang meningkat di masyarakat pada masa pandemi Covid-19, seseorang (siapapun itu) memiliki peran yang besar dalam melengkapi kehadiran program pemerintah dalam membantu sesama.

Menghadapi Covid-19 ini bukan berarti kita harus melawannya menggunakan senjata. Imunitas dan pikiran yang sehat bisa jadi tameng ampuh untuk mengurangi penyebaran virus. Di awali dengan sikap solidaritas yang utuh juga mampu mengobarkan energi kita dalam berperang melawan pandemi ini.
Mencoba itu adalah tetap melangkah ke anak tangga pertama meski kita tidak tahu berapa jumlah anak tangga yang harus dilalui.
Mengutip Arsi Kurniawan, seorang Mahasiswa aktif, rasa solidaritas itu bukan hanya sekedar aksi turun ke jalan membagikan sembako, masker dan bantuan lainnya. Mematuhi peraturan Ulil Amri dan instruksi tim medis merupakan sikap solidaritas yang tinggi sebagai pemutus mata rantai penyebaran virus ini. Bentuk taat kepada pemerintah adalah buah iman yang tinggi dan merupakan sikap terbaik kita sebagai warga negara.

Beberapa hal ini mungkin adalah alasan mengapa kita harus tetap bersyukur di masa pandemi dan mengupayakan asas solidaritas untuk menghadapi krisis dan masa kritis saat ini:


Pertama, family time setelah sekian lama tidak jumpa.

Sesuatu yang mungkin tidak selalu bisa kamu lakukan karena hari-hari biasanya sibuk bekerja atau merantau jauh di luar kota. Manusia kerap lupa akan sesuatu yang penting dalam hidupnya, mereka kadang tersadar saat sudah kehilangan apa yang ia miliki dan baru menyadari bahwa hal itu sangat penting baginya. Salah satunya adalah keluarga. Bersyukurlah jika saat ini kita masih bisa kumpul dengan mereka, masih lengkap dan bisa tertawa meski keadaan di luar sedang semrawut. Jangan mengeluh terus, sebab masih banyak yang kurang seberuntung kita saat ini.
Harta berharga bagi seluruh makhluk hidup ini adalah keluarga.

Kedua, masalah tidak akan pernah sendiri, dia datang bersama solusinya.

Seperti setiap penyakit yang selalu ada obatnya, masalah pun datang bersama penyelesaian. “Beserta kesulitan selalu ada kemudahan,” bukankah kita mengenal kata-kata ini? Kondisi saat ini hanyalah sama seperti cobaan-cobaan yang telah berhasil kita lalui sebelumnya. Covid-19 hanyalah sedang menimpa kita dan kita hanya perlu bersabar dan tawakal menghadapinya. Tentu disertai dengan menjaga kesehatan agar tidak tertular. Ikhtiar. Ayolah, kita sebelumnya mungkin pernah mengalami cobaan yang lebih besar, masalah yang lebih kompleks dan musibah yang lebih berat dari pada saat ini. Bagaimana kita bertahan saat itu hanya perlu kita terapkan lagi di masa kini. Meski sedikit polesan yang lebih lama.
Kamu tidak harus menjadi hebat dulu untuk memulai sesuatu, tapi kamu perlu memulai sesuatu untuk menjadi hebat.

Ketiga, melatih kepekaan diri terhadap rasa perikemanusiaan kepada sesama.

Bukankah kita sering mendengar ada hikmah dibalik musibah? Mengapa masih banyak dari kita tidak mengambil perspektif dari segi hikmahnya dari pada dampak musibahnya? Karena memang manusia adalah makhluk yang sering lalai dan sedikit rasa bersyukurnya. Cobalah untuk mengubah pola pikir dan pandangan kita, jadikan pandemi ini ladang kebaikan mendulang pahala dan menjemput kesempatan yang diberikan Tuhan agar kita bisa lebih dekat dengan-Nya melalui berbagi rezeki dan kebaikan kepada ciptaan-Nya. Mungkin juga bencana ini adalah sebab dari perbuatan dan ulah manusia yang sudah lama semena-mena dalam hidup, berbuat dosa dan memakan harta yang bukan miliknya. Maka tebuslah semua itu saat ini agar sedekah kita sekarang apalagi di waktu susah ini dapat meredam kemurkaan-Nya. Sedekah di waktu susah lebih besar pahalanya dibanding sedekah di waktu lapang. Sedekah bisa bermacam rupa bentuknya, berbagi kebahagiaan adalah sedekah, ilmu, tenaga, harta, juga waktu yang kita luangkan untuk mereka pun termasuk sedekah.
Pada malam hari, sesuatu mungkin bisa dilakukan. Namun, tunggulah hingga esok tiba. Lihatlah apa yang terjadi.

Strategi pemerintah dalam menjaga stabilitas perekonomian dengan memberi stimulus kepada masyarakat, ternyata belum sepenuhnya efektif, beberapa hal masih perlu mendapat perhatian. Alih-alih menangani pandemi, Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 justru membunyikan alarm tentang peningkatan jumlah kasus Covid-19. Saat ini keselamatan manusia menjadi barang mahal. Kita harus ikut andil dan turun tangan membantu sesama melawan kemunduran yang terjadi. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk membantu sesama di era baru ini. Salah satunya melalui LAZ UCare Indonesia.


Lembaga Amil Zakat (LAZ) UCare Indonesia adalah kegiatan yang berfokus pada pengelolaan dana zakat, infaq, sedekah dan dana sosial lainnya, termasuk dana CSR dan saat ini berpusat di Bekasi, Jawa Barat dan telah diresmikan pada tanggal 30 Agustus 2018 oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat. LAZ UCare Indonesia juga bekerjasama dengan Instansi Pemerintahan, Swasta, maupun Perseorangan untuk menghimpun dana ZISWAF maupun Dana Sosial lainnya untuk dapat disalurkan kepada Sahabat UCare Indonesia yang berhak dan membutuhkan.


Untuk bisa berbagi melalui LAZ UCare Indonesia, kita bisa langsung berdonasi ke rekening yang telah disediakan oleh Lembaga Amil Zakat Ukhuwah Care Indonesia dan nantinya tim dari UCare Indonesia yang akan mengalokasikan dana terkumpul agar sampai kepada masyarakat yang terdampak pandemi di masa-masa sulit ini. Bantuan yang dibelanjakan nantinya dapat berupa uang, sembako, masker, alat medis dan lain sebagainya sesuai kebutuhan para target penerima bantuan.


Ayo, Semangat Berbagi di Era Baru ini dan mari kita bahu membahu menopang ekonomi saudara-saudara kita di luar sana yang membutuhkan uluran tangan kita. Berapapun donasi kita yang disalurkan melalui LAZ UCare Indonesia akan sangat membantu dan bermanfaat bagi mereka. Menebar kebahagiaan dan mengangkat kesusahan sesama adalah tindakan terpuji. Semoga Tuhan membalas kebaikan kita semua.

****

Tulisan ini diikutsertakan dalam rangka Lomba Blog LAZ UCare Indonesia 2020.

Referensi rujukan:
- ucareindonesia.org
- tempo.co
- kompas.com
- headtopics.com
- geotimes.co.id
- Infografis diolah oleh pribadi (Rian Nofitri) dengan data dari website LAZ UCare Indonesia

15 comments:

  1. Sedekah jalan keluar setiap masalah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Juga penting solidaritas untuk menjaga ketertiban di masyarakat, menilik banyak sekali kasus-kasus kejahatan yang dilakukan oknum tidak bertanggung jawab terhadap orang-orang cilik dengan memanfaatkan situasi panik saat ini.

      Delete
    2. Benar, Mas. Banyak sekali kasus yang seliweran di timeline berita memuat informasi terkait.

      Delete
  2. Artikel yang bermanfaat, Mba. Semoga kita dimudahkan untuk selalu berbagi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih ya sudah mampir.
      Iya, aamiin, Mba. :)

      Delete
  3. Berguna sekali informasinya, kak. Memang penting ya solidaritas tinggi untuk mencapai tujuan pemberdayaan sosial di masyarakat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih, Mas. Iya, penting sekali, Mas. :)
      Terima kasih sudah berkunjung ya.

      Delete
  4. Wih, ngeblog lagi lu. Semoga menang nih.

    ReplyDelete
  5. Berbagi di saat susah memang terasa susah tapi pahalanya wah!

    ReplyDelete
  6. Aduh artikelnya menarik, infografisnya ciamik ��

    ReplyDelete
  7. Darmawan Adi Pamungkas5:01 AM, October 27, 2020

    Nice article! Semoga sukses selalu kawan. :)

    ReplyDelete
  8. Masya Allah, buah pemikiran yang bagus, mbak. Memang penting tingginya kesadaran diri untuk saling berbagi apalagi di era pandemi.

    ReplyDelete

Berkomentarlah seperti kalian bertamu ke rumah seseorang. Adab yang baik menimbulkan kesan yang baik pula. Terima kasih.

Rian Nofitri

Powered by Blogger.