Kangen
Kangen.
Dan aku cuma mau bilang itu aja.
“Aku kangen.”
Lalu apa? Kau tidak akan kenyang kalau cuma bilang ‘aku lapar'
Datang, temui. Itu yang kumau. Tapi tidak mungkin aku bilang begitu. Gengsi.
Sudah cukup lama merindu, pasti hati butuh asupan.
Bersabarlah rindu, suatu saat pasti kau akan menemukan tuanmu.
Untuk hatiku, mamak bilang, “Yang sehat ya, nak”
———
Ingat saat kita naik kereta bersama lalu dipisahkan dua gerbong?
Aku ingin protes pada mbak-mbak penjual karcis di loket.
Kenapa kita tidak dijadikan duduk berdampingan? Yah minimal satu gerbong.
Tapi kuharap satu kursi.
Ah, memang dasar.
Sudah nasib.
Itu namanya takdir.
Kau di gerbong 5, aku di gerbong 7, ditengah-tengah ada gerbong restorasi.
Makin jauh pula jaraknya.
Tak cukup lima langkah dari tempatku ke tempatmu.
Harus melewati banyak pasang mata.
Basa-basi permisi pada kakek-kakek yang tidur malang melintang bak hotel punya.
Aroma semerbak asem asin bau ketek dan mesin.
Lihat, banyak penumpang menunggu nasi goreng.
Nasi goreng dua puluh lima ribu ala restoran kereta api.
Mahal.
Dapat sedikit.
Wadahnya saja apik.
Rasanya tak beda jauh dengan warung burjo.
Masih enak nasi goreng mamak di rumah.
Ah, jadi kangen nasi goreng mamak.
Tak bosan ku dengarkan suara deritan katrol gerbong.
Gesekan ban dan rel.
Gemuruh mesin.
Dentuman antar gerbong.
Dan pintu-pintu yang di geser.
Hanya bisa kau dengarkan saat kereta jalan.
Yaiyalah.
Toilet mini juga tak kalah bising.
Deru mesin semakin jelas terdengar.
Air hangat mengalir lantas disusul yang dingin.
Pesing.
Bikin pusing.
Kusarankan saja jangan sering-sering.
Tak usah kau lama-lama di dalam.
Bisa pingsan.
Oh ya, jangan lupa disiram.
Aku rindu.
Lalu apa?
Kau malah tak kunjung mengunjungiku.
Sibuk?
Tidur, pikirku.
Kau doyan tidur bukan?
Padahal aku susah tidur.
Mana bisa ketemu di mimpi.
Hah.
Kemarilah.
Aku bosan.
Aku kangen.
Jangan lama-lama disana.
Nanti pingsan.
Karena kangen aku.
Padahal aku yang kangen.
Ah.
Kapan kereta ini berhenti? Gumamku.
Kursi samping dan depanku sudah sesak.
Deretan samping pun tak ada slot untuk diduduki.
Ah.
Aku ingin bertemu.
Aku mungil terhempit antara lemak.
Tak bisa kemana-mana.
Sempurna.
Rinduku semakin menggebu.
Semoga Tuhan menyampaikan padamu.
Jangan lupa ada aku di gerbong tujuh yang menunggu.
————
Hanya seperti itu saja aku tak kuasa lagi menahannya.
Apalagi saat ini.
Kita jauh tak terkendali.
Kau dimana, aku disini.
Jauh dihati dekat di doa.
Semoga.
