Dunia Tempat yang Menyesakkan

 Bismillahirrahmanirrahim.

Sebagian dari kita, mungkin masih memprioritaskan dunia daripada kehidupannya di akhirat nanti. Sebagian kita sibuk dengan melangitkan doa-doa seputar kehidupan dunia yang lebih baik. Mencari kedamaian 'semu' dan tergelapkan dengan urusan duniawi; harta. Padahal dunia ini sebentar lagi kita tinggalkan, tidak lagi kita bawa saat meninggal, segenggampun tidak. Semua harta benda dan keturunan kita semuanya tidak ada yang mampu menolong kita saat kematian itu datang. Tapi, kita tetap saja 'bandel' dan tidak peduli, bahkan acuh tak acuh menanggapi tamparan barusan. Jika hati kita benar-benar bersih, maka sejatinya kita akan merenungkan dan memohon ampun kepada Pencipta kita yang selama ini mungkin sudah kita lupakan di setiap menjalani hidup ini.

Allah senantiasa mengawasi dan melihat, Dia Maha Mengetahui segala yang tersembunyi sekalipun keberadaan semut kecil hitam di gelapnya malam. Mengapa sebagian manusia tidak juga merasa takut dengan sikap berleha-lehanya? Karena hatinya tertutup dunia. Tapi, bukan berarti berurusan dengan dunia itu tidak dibolehkan. Tentu saja boleh, hanya saja harus sesuai syariat, ditinjau lagi dari kebermanfaatannya bagi sesama, dan semua harus sesuai porsi. Tidak bisa jika berlebihan dan melupakan dunia lain yang kita akan abadi di sana. Sangat rugi bagi kita jika melalaikan akhirat. Sebab, bagi orang yang mempercayai adanya kehidupan setelah kematian, maka akhirat harus menjadi prioritasnya dalam melangkah selama ia hidup di dunia ini.

Berkali-kali diingatkan dengan pepatah legendaris, bahwa dunia itu fana. Alangkah bebalnya manusia saat ia terus saja mempertahankan harga dirinya dalam menyanjung dunia yang bahkan tidak lebih baik dari bangkai kambing.

Ibnu Sammak Muhammad bin Shubaih rahimahullah berkata,
“Anggaplah dunia ada di genggaman tanganmu dan ditambahkan yang semisalnya. Anggaplah (perbendaharaan) timur dan barat datang kepadamu, akan tetapi jika kematian datang, apa gunanya yang ada di genggamanmu?” (Siyarul A’lam An-Nubala 8/330)

Itu hanya salah satu perkataan ulama tentang dunia ini, masih banyak hadits dan ayat Al-Qur'an yang mengingatkan betapa hinanya dunia dan bagaimana dunia ini berjalan hanya sementara saja. Tidak bisa dibandingkan lamanya dibanding perjalanan panjang nanti di akhirat.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ

“Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (Luqmaan: 33)

Allah juga berfirman,

ﻭَﻣَﺎ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺘَﺎﻉُ ﺍﻟْﻐُﺮُﻭﺭِ

“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali Imran: 185)

Jadi, bagaimana kita terus terpedaya dengan kesibukan yang tidak membawa manfaat? Terus memupuk prestasi yang tidak ada manfaat saat di akhirat nanti dan terus berkecimpung dengan persoalan yang remeh. Seharusnya seorang muslim sudah mulai disibukkan dengan urusan yang lebih berat dengan memikirkan amalan-amalan yang bisa menolongnya ketika ia berhadapan dengan Rabb-nya.

Mengapa pula harus iri dan hasad terhadap mereka yang unggul dalam urusan dunia. Bersainglah dengan mereka dalam urusan akhirat, jika mereka unggul dalam dunia, unggulilah mereka dalam urusan akhirat. 

No comments:

Berkomentarlah seperti kalian bertamu ke rumah seseorang. Adab yang baik menimbulkan kesan yang baik pula. Terima kasih.

Rian Nofitri

Powered by Blogger.