Semua orang itu tercipta dengan keunikannya masing masing. Lingkungan yang kita pilih membimbing kita menjadi sosok yang berbeda dari hari ke hari.
Kadang datang hal yang baik, datang pula hal yang buruk tak lama dari itu kita menjadi pribadi yang lain. Cara kita menyikapi masalah yang tak sama. Mencari tahu dengan jalannya masing masing.
Manusia terlahir dengan cara yang sama, dari setetes mani yang membuahi sel telur lalu kita menjadi segumpal darah, hingga terbentuklah daging. Ditentukan rejeki, jodoh, dan kematiannya saat masih berada di dalam kandungan.
Hal yang menjadikan kita pribadi yang buruk atau baik adalah lingkungan kita, teman dan cara kita menyikapi keadaan di sekitar kita. Sebagai manusia yang mempunyai akal dan kecerdasan, sering kali perbedaan itu membuat kita spesial, namun tak jarang juga membuat kita salah paham. Tak mau mengalah, egois dan keras kepala. Ada yang berpikir, "Untuk diri sendiri aja masih kekurangan, malah ngurusin orang lain."
Well,
Pikiran seperti itu nggak akan menyelesaikan masalah. Coba kita lihat dari berbagai sudut pandang. Benarkah yang kita rasa benar? Salahkah yang kita rasa salah? Burukkah kejadian buruk yang menimpa kita? Baikkah hal yang menurut kita memang baik?
Ada suatu kejadian dan cerita dimana ada seorang anak laki laki yang semalam suntuk tidak tidur karena bergadang untuk melihat pertandingan bola padahal ia ada jadwal ujian esok hari. Ia tidur hanya berkisar 2 jam, itupun tidak terlalu lelap. Terbangun dengan suara alarm yang kesekian kalinya. Tersadar ia telah kesiangan, ia bergegas mandi, tanpa sarapan, menyambar tas sekolah, mengeluarkan motor dan melaju dengan terburu buru.
Di jalan yang ia pikirkan hanya waktu yang sudah menunjukkan pukul 7.20, sudah dua puluh menit ia terlambat dan tanpa pikir panjang, jarum pada speedometer bergerak dari 40km/jam menuju 80km/jam. Namun lagi lagi ia dalam masalah, motor yang ia naiki kecepatannya menurun dengan sendirinya, kehabisan bahan bakar, tak henti hentinya ia menggerutu kesal, apalah daya ia akhirnya menuntun ke SPBU terdekat.
Sewaktu ia berjalan dengan kesalnya, ia terkaget dengan keadaan yang membuatnya shock hingga berdiri mematung. Dengan mata kepalanya sendiri, anak itu melihat pengendara motor yang melaju sama kencangnya dengan ia tadi dan mendahului banyak kendaraan. Tanpa sadarnya ada truk yang entah bagaimana bisa, berjalan mundur ke arah jalan raya dan pengendara motor yang tak sempat mengerem itupun menabrak tanpa ritme yang sewajarnya. Brak. Kecelakaan yang langsung merenggut nyawa pengendara motor disaksikan langsung oleh anak lelaki itu.
Apa yang bisa kita ambil dari cerita tersebut?
Banyak sekali. Tuhan menjadikan kita terlambat, bukan tanpa alasan. Mungkin hal itu dijadikan teguran untuk kita agar lebih bisa menghargai waktu. Harus lebih bisa mengatur jadwal dan menepatinya. Kita pikir mungkin karena kesalahan datang dari diri sendiri, namun dibalik itu, lihatlah, jika anak itu tidak terlambat dan tidak kehabisan bahan bakar, maka ia sudah tidak bisa mengikuti ujian selamanya. Tuhan masih memberinya kesempatan. Pesan yang bisa diambil adalah ada saatnya kita menyikapi keburukan dengan tindakan yang tetap tenang. Tetap berpikir yang logis, berprasangka baik dan menyikapi dengan damai. Lalu bagaimana dengan orang yang tertabrak? Kita bisa simpulkan, berkendaralah dengan hati-hati, jangan ngebut, tetap waspada walau dalam keadaan terburu-buru.
Tidak semua kejadian atau hal buruk itu buruk.
Tidak semua juga kejadian baik itu merupakan hal yang baik pula.
Khalifah Umar bin Khattab dalam ajaran Islam mengatakan, ia tidak pernah mengeluh atas baik dan buruknya kejadian yang menimpanya. Karena ia sendiri tidak tahu manakah diantara dua hal itu yang baik bagi dirinya. Dalam hal ini, kita harus dapat melihat sebuah masalah dari segala arah. Karena bukan hanya diri sendiri yang ingin baik baik saja, terkadang kita harus lebih mementingkan orang lain ketimbang diri kita sendiri. Mungkin hal itu buruk untuk kita, namun disisi lain baik untuk orang lain. Buruk untuk kita bukan berarti buruk seluruhnya, dalam artian Tuhan sedang menyiapkan hal yang lebih indah dari hal tersebut. Intinya adalah sabar.
Memang susah. Karena sabar hadiahnya surga. Tidak heran ia begitu susah untuk dikerjakan. Percaya saja, sabar itu tidak akan mengecewakan. Kitalah yang sering menganggap hasil dari sabar itu menjadi hal yang buruk, yang menyedihkan, menyakitkan. Hingga menjadikan hati kita mudah rapuh, menangis dan lupa. Kita menuntut diri sendiri agar menyalahkan keadaan, membuat seolah-olah hal buruk itu adalah hal paling menyakitkan. Lebih buruk lagi jika kita malah terang-terangan mengumbar dan menyalah nyalahkan takdir.
Jika kita mau menerima dengan lapang dada, pasti hasilnya tak akan seburuk itu. Ikhlas. Seperti yang kusebutkan diawal awal tadi, semua rejeki, nasib, jodoh, dan mati itu sudah diatur. Jalani saja skenarionya.
Dunia ini adalah panggung sandiwara, sandiwara itu adalah drama, drama memiliki sutradara, kru dan pemain. Sutradara kita adalah Yang Maha Pencipta, kru nya adalah para malaikat, dan kita adalah para pemain. Pemain memiliki tiga posisi, sebagai protagonis, antagonis atau figuran. Peran tersebut tidak lain yang menentukan adalah diri sendiri. Akan memilih yang mana?