Untuk Kakak (Bagian Dua)
Hai, kak.
Bagaimana? Surat pertamaku sudah sampai?
Ya, ini surat keduaku untuk kakak.
Sesuai janjiku, aku ingin bercerita setiap mengirimimu surat. Bercerita banyak hal, menceritakan kehidupan yang indah. Diluar sana terdapat banyak sekali kebahagiaan yang bisa dirasakan oleh manusia sekecil kita. Kenapa manusia kusebut kecil? Ya, karena kita masih memiliki orang orang besar dan Tuhan Yang Maha Besar. Tidak boleh sombong, begitu nasehat orang tua. Walaupun kelak sudah jadi orang yang dipandang besar, pasti masih ada orang yang lebih besar dalam hal lain. Besar bukan berarti gemuk dan berotot seperti Herkules. AH, tanpa kujelaskan juga kakak paham.
Kebahagiaan itu bukan orang lain yang menciptakan. Bisakah kita bahagia dengan hal yang dimiliki orang lain? Mungkin saja bisa, karena apa sih yang tidak mungkin. Tapi, bukankah lebih bahagia ketika menilik hal yang kita miliki saat ini bisa bermanfaat untuk diri sendiri bahkan orang lain. Tujuannya sama, membuat bahagia, hanya cara untuk mendapatkan kebahagiaan itulah yang berbeda.
Jika kita tidak puas dengan apa yang kita miliki, jangankan untuk bahagia, kadang untuk bersyukur saja beratnya seperti menjunjung tinggi lautan. Yang entah bagaimana bisa lautan dijunjung. Perumpamaannya kadang kadang... hm.
Aku boleh bertanya? Kurasa jawaban kakak, iya.
Kalau begitu, aku ingin bertanya, apa hal yang paling membuat kakak bahagia?
Kalau aku, hal yang membuatku bahagia adalah telah terlahir di dunia ini. Aku bisa memiliki nama, kehidupan, mendapat banyak masalah, mengetahui jenis makanan dan jenis jenis hewan, lalu aku bahagia ketika aku mengenal kakak.
Jatuh cinta, juga terkadang membuat seseorang jadi terlihat lebih muda, dalam artian membuat orang tersebut dilanda kebahagiaan yang tak ada duanya. Jatuh cinta bisa memiliki dua rasa, yaitu bahagia dan hampa. Ketika bahagia, diri ini sibuk sekali dengan hal hal sederhana yang menyenangkan. Lupa waktu, lupa masih ada hal lain yang perlu diperhatikan. Ya, karena saat itu pikiran terfokus pada keadaan menggembirakan, menyilakan kebahagiaan itu merasuki hati, menjungkirbalikkan dan melemparkan ke suatu tempat yang sangat indah, tempat yang belum pernah dilihat seorangpun, bahkan diri sendiri. Kebahagiaan sangat memabukkan, seperti saat orang dewasa meneguk segelas tequila lemon, berdansa dan lupakan segala yang ada disekitarnya. Bersenang senang untuk malam yang panjang.
Saat ini hatiku sebenarnya sedang tidak bahagia sepenuhnya. Ada hal yang membuatku kacau, aku tidak tahu kenapa. Pernahkah merasa seperti ini? Hati tiba tiba tidak karuan rasanya, sedih, kacau, ingin sekali berontak, marah, tidak tahu apa penyebabnya, satu saja yang kuinginkan, yaitu dipeluk tanpa harus ditanya kenapa. Karena aku tidak akan mampu menjawabnya, aku sendiri tidak tahu apa yang sedang aku risaukan.
Hidupku juga tidak selalu bahagia, memang manusia adalah makhluk yang tercipta sempurna tapi tetap saja kehidupannya tidak begitu mulus, selalu ditakdirkan menemui kerikil dan bebatuan yang mengganggu jalan yang dilaluinya. Tapi, bukan berarti harus menyerah begitu saja, bukan?
Aku sangat menyukai kehidupan binatang, ketika mereka kita sayangi, mereka akan lebih menyayangi kita. Terkadang kehidupan cintaku kalah romantis dengan pasangan binatang yang sedang berbagi kasih.
Ya, hanya itu cerita untuk hari ini.
Oh, hampir lupa, tidak perlu bingung, suatu saat kita akan bertemu lagi. Saat ini belum, walaupun pernah kita berjumpa beberapa kali di suatu kesempatan.
Ketika ada orang yang mengagumimu, berusahalah untuk tetap menjadi dirimu yang seperti ini, menjadi diri sendiri, karena aku yakin diluar sana masih ada lagi orang yang mengagumimu, kak.
Terima kasih sudah menyempatkan membaca surat keduaku ini.




No comments:
Berkomentarlah seperti kalian bertamu ke rumah seseorang. Adab yang baik menimbulkan kesan yang baik pula. Terima kasih.
Rian Nofitri