Maaf


Maaf
Belakangan ini aku selalu disibukkan dengan dunia baruku. Aktivitas yang tidak biasa. Aku memulainya tanpa sadar, tapi aku tidak menyebutnya kebetulan. Itulah takdir kehidupan, tiada disangka berjalan dengan sendirinya. Tanpa diduga, namun Dia-lah yang telah merencana.

Kau mengerti? Aku berjalan sendiri, tapi aku yakin aku tak sendiri. Ada Dia.

Makanya aku selalu tenang dan berserah diri pada keadaaan, tak ada yang perlu kutangisi seperti sebelumnya. Susah senang hari-hariku ini adalah bagian dari takdir. Kau tahu, mengeluh itu membuat beban bertambah berat. Makanya, aku tidak ingin lagi mengeluh. Jalani saja, toh itu semua sudah digariskan. Semua adalah yang terbaik. Begitu kata hatiku.

Maaf, aku memang sudah tak seperti yang kau kenal. Semua orang pasti akan berubah suatu saat nanti, dan mungkin saat ini adalah waktuku untuk berubah. Aku memang telat menyadarinya, seharusnya aku berubah dan menjadi seperti ini sejak dulu. Tapi, aku tidak ingin lagi menyesalkan hal tersebut. Semua manusia di dunia ini hidup dengan belajar dan mencoba banyak hal. Aku belajar dan membuat salah, itu adalah lumrah. Manusia tempatnya salah, namun jangan lantas diulang kembali kesalahan tersebut.

Berubah yang baik, begitulah seharusnya.

Aku sedang memperbaiki kesalahan yang pernah kuperbuat dahulu, tidak ada kata terlambat bukan?

Setidaknya aku mencoba, jika tidak mencoba maka tidak akan pernah bisa berubah. Ya, aku menyadari satu hal. Jika ingin berubah, maka harus dimulai dari diri sendiri. Jika tidak ada niat untuk berubah, seterusnya pun tidak akan berubah. Allah pun, akan merubah suatu kaum ketika mereka sudah mengubah diri mereka sendiri. Setelahnya barulah Allah membantu mereka jika mereka berubah ke arah yang lebih baik, Allah akan membantunya memahamkan masalah agama dan yang lainnya. Tidak ada yang lebih menyenangkan ketika perubahan itu disambut dan dibantu oleh Allah, bukan?

Aku meninggalkan beberapa hal karena Allah. Terdengar ekstrim? Kurasa tidak, yang ekstrim justru sebaliknya. Meninggalkan Allah karena suatu hal. Tak jarang aku temui teman-temanku seperti itu, mungkin saja aku dulu aku termasuk orang yang seperti itu. Namun aku mengerti, bahwa hal tersebut adalah salah. Makanya aku tidak mau melakukannya lagi. Yah, walaupun sangat disayangkan ketika melihat orang lain masih melakukannya padahal mereka sendiri tahu bahwa hal tersebut termasuk hal menyimpang. Aku sudah tidak kurang-kurang mengingatkan diri sendiri dan mereka sekaligus, namun aku hanya manusia biasa. Tanpa dibukakan pintu hati mereka oleh Allah, maka mereka akan tetap seperti itu. Setidaknya aku sudah melakukan tugasku. Maaf jika memang terasa tidak nyaman.

Satu hal lain yang aku khawatirkan, aku belum bisa menjadi pribadi yang mampu mengalahkan rasa malas. Jujur saja aku ini sangat malas dalam beberapa hal. Sering tidak tuntas dalam melakukan hal-hal yang aku kerjakan. Jika tidak dengan dorongan yang kuat, maka hal tersebut bisa berserakan tanpa hasil yang jelas. Benar-benar parah.

Maafkan anakmu ini, buk.

Masih sering tidak membantumu. Masih sering ngeyel dan marah. Malas ini bukan karena aku perlihara, aku juga ingin berubah, tapi ada saja ide setan yang senantiasa berusaha menghancurkan niat tersebut. Bagaimana ya agar bisa menghilangkan rasa malas ini... Aku merasa menjadi anak yang tidak berbakti begini jadinya. Hadeh.

Maaf.
Maafkan aku. Untuk banyak hal. Untuk siapa saja. Untuk kelakukan burukku kepada kalian. Untuk diriku. Untuk bapak ibuk. Maaf.

Terimakasih juga untuk beberapa diantara kalian yang sudah membantuku dalam beberapa hal juga. Yang telah turut serta menjadikanku pribadi yang lebih baik. Lalu kepada ibuk dan bapak yang selalu mendoakanku dan kudoakan pula kebaikan untuk kalian. Maafkan anakmu ini dalam beberapa hal yang masih saja mengecewakan. Semoga Allah mengampuniku.

Salam,



Rian Nofitri
(tempegoyeng)
Powered by Blogger.