Sesuatu yang Asing, Dijaga dan Dikotori oleh Orang Asing




Apa lagi yang harus gue utarakan, kota ini begitu padat dan besar, penuh dengan keasingan yang terus-menerus mengisi ruang kosong. Sampah, hutan, bangunan, asap, kendaraan, sungai dan manusia sendiri adalah sesuatu yang asing.
Gue nggak kenal dengan semua itu, gue tahu kata sampah dari mama yang sering bicara,

“Jangan buang sampah sembarang!”

“Buang sampah pada tempatnya, nak!”

Waktu gue mencoba membuang sampah disembarang tempat, gue selalu dapat teguran dari orang yang ada disekitar gue saat itu,

“Eh, buang di tong sampah itu, lho. Jangan disitu! Bikin kotor aja,” kata orang asing itu.

Akhirnya gue ambil lagi dan membuangnya ke tong sampah.
Haaah, selalu seperti itu.
Ada juga peringatan tentang larangan membuang sampah di area pasar, di sungai dan kalau melanggar bakalan dapat sanksi dan denda sampai puluhan juta.

Sampah, kata yang berarti sesuatu yang udah nggak dipakai, kotor, jelek, busuk, nggak berguna dan bisa jadi berbau juga. Sampah itu sesuatu yang asing, tapi udah jadi kata familiar di hidup gue karena selalu ada aja yang disebut sampah, entah sampah dari rumah, sampah pabrik, sampai sampah masyarakat juga ada.

“Siapa yang mengharuskan sampah itu dibuang di tempatnya?”

Gue nggak kenal sampah, tapi selalu ada rutinitas wajib yang harus gue lakukan yaitu, membuang sampah ke tempatnya.
Kata orang tua di sekolah, itu semua agar tempat tinggal gue tetap bersih dan terjaga kebersihannya.

#

Limbah? Limbah itu apa? Ada buku pelajaran yang gue baca dan berisi materi:
- Akibat limbah pada kehidupan.
- Mengolah limbah menjadi sesuatu yang berguna.

“Ayo, sekarang coba buka modul IPA halaman 56, kita akan membahas tentang materi limbah,”  bu Helen memberi perintah kepada murid kelas 2 C, SMP N Jayakarta.

Membaca materi yang ada di modul, memberi banyak pertanyaan ke gue tentang limbah.

“Memangnya limbah sama sampah itu beda, ya?”

“Kenapa namanya dibedain kalau cuma sama-sama sesuatu yang kotor dan sisa dari aktivitas manusia?”

Kata buku yang gue baca, ada beberapa macam cara untuk menanggulangi limbah, seperti 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Limbah juga berbeda-beda jenisnya. Ada limbah yang bisa digunakan kembali dan bisa didaur ulang dan ada juga limbah B3.
Limbah adalah sesuatu yang asing dan harus menjadi kewajiban semua orang untuk memperhatikannya. Sesuatu yang asing itu benar-benar udah jadi makanan pokok yang nggak asing lagi untuk dinikmati, dinikmati dalam setiap prosesnya. Proses membuang, mengolah dan menghancurkannya.
Gue juga berkewajiban untuk memilah limbah yang ada di rumah, banyak banget yang termasuk limbah.
Setelah gue telusuri dan sempet tanya ke guru,

“Limbah paling banyak ditimbulkan sama apa, bu?” begitu pertanyaan yang gue lontarkan, guru langsung mengambil alih menjawab,

“Limbah di dalam diri manusia lebih banyak, seperti keringat, rambut rontok, kotoran hidung, kotoran mata, kotoran telinga, daki, ketombe, hasil BAB, air seni, potongan kuku dan yang lainnya. Kumpulkan dan hitung beratnya, berapa banyak limbah yang dihasilkan manusia dalam beberapa menit aja? Nggak usah jauh-jauh cari limbah di rumah, cukup lihat diri sendiri.” jawaban yang benar-benar to the point dan jebret, langsung menimbulkan seisi kelas geli mendengar jawaban-jawaban guru gue tersebut.

Kesimpulan yang gue ambil adalah manusia sebagai penyebab limbah paling cepat, sering dan paling banyak, entah dari tubuh ataupun aktivitasnya.
Limbah adalah sesuatu yang asing, sesuatu yang sebelumnya nggak dikenal orang tapi udah banyak orang asing yang berpendapat udah kenal dengan limbah, udah mengerti gimana bentuk-bentuk limbah dan apa itu limbah.
Limbah adalah sesuatu yang asing, yang harus dirawat dan dijaga oleh orang asing juga. Limbah nggak kenal gue, gue nggak kenal limbah, tapi kami selalu ada bersama, dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun.

#

Save earth, menjaga bumi.
Gue diciptakan untuk hidup di bumi, di dalam bumi inilah gue mengenal banyak hal, hal yang asing tapi pada akhirnya gue harus berkecimpung ke dalam keasingan itu sendiri.
Menjaga bumi adalah perbuatan yang diwajibkan ke semua orang. Kepedulian terhadap lingkungan adalah sesuatu yang diharuskan juga untuk dilakukan.
Di bumi banyak pohon-pohon yang menurut gue lebat, indah dan sejuk kalau berada di bawahnya, gue memang kurang peduli tentang gimana pohon-pohon itu hidup dan bertahan, gue cuma orang yang ceroboh dan bisanya cuma numpang berteduh.
Kadang pohon-pohon itu tiba-tiba raib dari hadapan gue, bukan mati tapi hilang, ditebang dan diganti bangunan raksasa.

“Ish, benar-benar egois!”

Bicara tentang kepedulian adalah hal mudah, yang sulit itu bukan menjalankannya, tapi mempertahankan sikap kepedulian itu sendiri.

“Memangnya siapa yang mewajibkan untuk itu semua, ma?” tanya gue ke mama.

Memperdebatkan tentang hal menjaga lingkungan sama mama adalah hal yang nggak pernah bisa diselesaikan, bakal ada banyak hal yang gue atau mama tanyakan dan kemungkinan mama bosan, tapi mama nggak pernah mengutarakan rasa bosannya untuk meladeni anaknya ini.

“Nggak ada, sayang. Semua itu adalah kesadaran dari dalam diri sendiri. Kalau kamu melihat banyak lingkungan yang rusak dan kotor, apa kamu betah dengan situasi seperti itu?” kini mama yang menanyakan hal yang bikin gue harus memutar otak biar bisa menjawab,

“Ya nggak betah dong, ma.” singkat jawaban gue,

“Kalau gitu, apa tindakanmu kalau udah lihat situasi yang kayak gitu? Masih mau bertindak nggak peduli sama lingkungan?”

“Hmmm... Mungkin Nata cuma bakal berpikir, apa cara yang pas untuk Nata lakuin biar lingkungan kelihatan indah lagi,”

“Masih sempat berpikir disaat hal seperti itu? Kalau kamu dalam keadaan ditimpa banjir tiba-tiba, kamu masih mau berpikir untuk melakukan apa?” mama kali ini terlihat semakin memojokkan gue ke pertanyaannya,

“Kamu harus tanggap dan peka, nak. Lingkungan yang kotor itu nggak langsung kotor seperti itu, semua pasti berawal dari tindakan ceroboh manusia yang nggak peduli sama lingkungan. Jadi, intinya kamu harus mulai menjaga kebersihan dari tindakan sekecil apapun, semisal, buang sampah pada tempatnya, jangan menebang atau mencabut pohon-pohon yang masih kecil, bersihkan ruangan secara rutin mungkin setiap pagi atau sore lantai disapu dan dipel.” tambah mama dalam menerangkan cara menjaga lingkungan di bumi ini.

#

Gue lagi sendiri, di depan gue banyak tumpukan sampah dan gue lihat ada tong sampah, sapu serta seroknya. Setelah beberapa waktu lalu dapat pencerahan dan nasehat rombongan dari orang-orang tersayang, gue semakin paham apa pentingnya menjaga lingkungan. Kalau dibiarkan seperti itu, lingkungan makin nggak terjamin kesehatan dan kebersihannya, udara makin nggak baik untuk dihirup, banyak bau busuk sana sini, banyak tanaman rusak dan mati karena terganggu masa fotosintesisnya, banyak hewan tidak sehat, bumi makin panas karena banyaknya hutan yang gundul dan polusi udara.
Mungkin dari hal kecil yang gue lakukan, gue bisa menanamkan rasa peduli dan percaya diri untuk berbuat kebersihan dan mengajak orang lain dalam gerakan ‘bersih bumi’ nantinya.
Bumi memang sesuatu yang asing dan dijaga oleh orang-orang asing yang hidup didalamnya, tapi ada juga orang-orang asing yang mengabaikannya. Tapi bumi selalu diam dan membiarkan semua itu, seperti kata mama, semua atas kesadaran diri sendiri, nggak ada yang mewajibkan.

Gue sekarang pegang sapu dan mulai membersihkan lingkungan di depan rumah gue, terutama bagian selokan dan pinggir-pinggir rumah. Gue mulai membersihkan semuanya. Kalau ikhlas membersihkan, kegiatan yang awalnya gue kira berat jadi asyik dan nggak bikin capek.

“Nah, udah beres dan bersih deh,” senyum gue mulai menyapa keindahan yang gue ciptakan barusan,
“Emang bener kata pepatah, bersih itu indah.”

Sambil membereskan dan berjalan masuk ke rumah, gue masih tersenyum dan menikmati suasana yang tanpa sampah atau limbah tersebut.

“Klontang!!! Takkk.. Takk!”

Suara kejut dan membuyarkan senyuman yang baru sumringah itu membuat kepala otomatis menoleh ke sumber suara.
Mata gue cuma bisa melotot dan bengong melihat barang asing berupa kaleng minum yang barusan dilempar orang asing yang naik sepeda dari ujung jalan. Kaleng itu masuk ke selokan yang baru aja gue bersihin.

“Sial!”


Tulisan ini dalam rangka event #30DaysSaveEarth yang di selenggarakan oleh @jungjawa dan @unidzalika 

No comments:

Berkomentarlah seperti kalian bertamu ke rumah seseorang. Adab yang baik menimbulkan kesan yang baik pula. Terima kasih.

Rian Nofitri

Powered by Blogger.